Search

Tips dan Trik Mengerjakan Soal-soal IELTS

Sebagai salah satu jenis tes yang menguji pengetahuan dan kemampuan kita berbahasa Inggris, IELTS sering menjadi penentu kesuksesan kita melamar beasiswa dan mendaftar di kampus impian. Namun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa tes IELTS kadang juga menjadi penghalang bagi mereka yang belum bisa memenuhi standard yang ditetapkan oleh kampus atau pemberi beasiswa.

Tingkat kesulitan tes IELTS yang memang tidak main-main ini sering menimbulkan keluhan. Misal, audio Listening Section terlalu cepat sehingga banyak soal terlewat. Saat Reading Section, banyak yang mengeluhkan kurangnya waktu pengerjaan serta bacaan yang sangat rumit dan panjang. Belum lagi soal-soal jebakan yang sering bergentayangan dan selalu menghantui peserta tes yang kurang persiapan.

Listening dan Reading Section bukan satu-satunya part yang merisaukan. Writing dan Speaking pun tak kalah sulitnya, apalagi jika kita lebih sering belajar Bahasa Inggris pada tataran teori, namun masih lemah dalam hal praktek. Jika seperti ini kenyataannya, lantas langkah-langkah apa sajakah yang harus kita ambil jika ingin sukses lolos tes IELTS?

Selain kurangnya persiapan, satu hal yang menjadi alasan mengapa tes IELTS terasa sulit adalah kurangnya strategi pengerjaan. Misal, saat mengerjakan Listening, kita cenderung menunggu sampai audio diputar dan tidak menghiraukan grammatical cues yang ada di soal. Perhatikan contoh soal berikut ini.

1. There's a growing __________________ to sell products and services online

Ketika saya menjelaskan bahwa kita bisa tahu kriteria jawaban yang tepat bagi soal di atas tanpa harus mendengar audio terlebih dahulu, banyak yang tidak percaya dan menganggap pernyataan saya itu adalah gurauan belaka. Padahal jika sobat semua sudah paham strateginya, sobat bisa tahu garis besar jawaban yang akan muncul, misal: jawaban yang ada haruslah sebuah noun yang menjadi head dalam sebuah noun phrase, dan bersandingan dengan determiner serta adjective. Noun itu haruslah benda yang masuk dalam kategori singular countable noun karena determiner yang digunakan adalah a. Adjective yang ada di soal kemungkinan akan diparafrasa dengan kata lain yang artinya sama atau mendekati. Misal, di audio nanti akan ada keterangan seperti berikut:

The increasing trend of online sales has proven that technolgy is capable of transforming, or even replacing, old business model. Some people might think that retail industry will face a challenge like never before, because purchasing goods is now made easy by marketplace like alibaba or amazon. In actuality, such transition does not necessarily become a threat. Retail industry is quite adaptive and now use online shops as an alternative, while maintaining their old business model to satisfy their loyal customers.

Dari script audio tesebut, dapatkah Anda menemukan jawaban yang tepat untuk contoh soal tadi? Bukankah lebih mudah jika sobat tahu bahwa kata growing pada soal diganti dengan increasing di audio karena dua kata ini memiliki arti yang sama? Jika sobat harus mendengarkan script audio tersebut saat tes, bukankah akan lebih mudah untuk menemukan satu kata benda yang masuk ke dalam kategori singular countable noun yang ditandai dengan penggunaan indefinite article a seperti yang diprediksikan tadi?

Dengan menggunakan prediksi seperti contoh di atas, sobat bisa fokus di satu bagian audio di mana jawaban yang memenuhi kriteria di atas akan bisa ditemukan. Ini hanyalah satu di antara sekian banyak strategi yang harus sobat kuasai agar tidak tertinggal oleh audio dan kehilangan beberapa poin dari soal yang sudah terlanjur terlewat. Lalu, bagaimana agar bisa menghindari jawaban jebakan di IELTS Listening Section? Sabar, itu akan kita bahas lagi nanti.

Oke, lalu bagaimana dengan Reading Section? Reading Section bisa tak kalah membingungkannya jika sobat tidak menerapkan strategi pengerjaan yang benar. Bagaimana tidak, bacaan di Reading Section ini panjangnya udah ada di level kebangetan. Belum lagi ada 40 soal yang harus dijawab dalam waktu 60 menit saja. Itu artinya, sobat hanya memiliki waktu sekitar 1.5 menit untuk membaca satu soal, membaca bacaan, menemukan jawaban, menulis jawaban, serta mengoreksi dan memastikan bahwa jawaban yang sobat gunakan tadi sudah benar.

Satu kesalahan fatal yang sering kita lakukan adalah membaca keseluruhan bacaan (atau lebih parah lagi, membaca seluruh bacaan secara berulang-ulang). Jika sudah begini, hampir bisa dipastikan bahwa sobat yang baik dan budiman akan kehabisan waktu. Agar tidak kehabisan waktu dan dapat mengerjakan semua soal dengan benar, ada beberapa strategi yang harus diterapkan. Misal, sangat penting menerapkan strategi keywording dan paraphrasing saat pengerjaan IELTS Reading Section. Dengan strategi ini, sobat tidak harus repot-repot mencari jawaban di seluruh bacaan, karena tinggal mencocokkan saja dengan keyword di soal dengan paraphrased keyword yang ada di bacaan. Akan lebih mudah juga misal sobat menyadari (selama ini lebih banyak yang tidak menyadari) bahwa jawaban bagi soal-soal IELTS Reading Section itu selalu urut mengikuti alur bacaan, dengan pengecualian bagi tipe soal List of Headings dan Matching Information. Pengerjaan IELTS Reading Section juga memerlukan strategi memprediksi jawaban yang tadi sudah kita bahas, yang tentu saja makin mempermudah sobat mengerjakan soal-soal yang ada.

Oke, itu kan listening dan reading. Terus writing sama speaking apa kabar?

Nah, kabar buruknya adalah, dua sub-tes ini (listening dan reading) sebenarnya sedikit banyak sudah bisa menjabarkan kemampuan sobat dalam mengerjakan writing dan speaking. Penjelasan sederhananya seperti ini: 

If you wanna be a good writer, you've got to be a good reader. To be a good speaker, you have to be a good listener (not always, because I know a real fast talker that never actually listens to others lol). This is where everything starts being a little bit complicated. How are you supposed to pass writing and speaking section, if you are not that good at listening and reading in the first place?

Karena listening dan reading ini menjadi pondasi penting bagi kita untuk menaklukkan writing dan speaking, mungkin ada baiknya kita fokus dulu di dua section ini. Penjelasan mengenai writing dan speaking nanti saya akan bahas kembali di postingan berbeda. Oh ya, ada satu hal lagi yang bisa kita ambil hikmahnya, dan ini berdasarkan pengalaman beberapa student saya yang sempat burned out (yaaa meskipun akhirnya lolos juga, berkat usaha ybs dan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa). Jadi kalau sobat belajar IELTS sambil nyambi kerja (misal sebagian besar student saya mengambil kelas karyawan dan lesnya sepulang kerja), alangkah baiknya jika sobat belajar IELTS setahap demi setahap. Jangan lompat-lompat belajarnya, nanti malah otak kita jadi overwhelmed karena dibanjiri informasi, yang ada malah kita capek terus hilang semangat. Kalau belajar ada gurunya sih enak, karena yang namanya guru itu tidak hanya mengajar tapi juga memberi motivasi dan kadang ada intermezzo dikit-dikit, biar student gak cepet bosan.

Nah, masalahnya adalah kalau misal deadline kita udah mepet. Ini kak ros sedikit bagi cerita kenapa IELTS ini sering bikin horor ya. Jadi, IELTS ini tuh jadi semacam titik awal pendaftaran kuliah dan beasiswa gitu. Mari kita ambil kuliah sebagai contoh. Kalau sobat submit dokumen dan tes IELTS terlalu mepet deadline dari admission team, ada kemungkinan syaratnya ada yang kurang (misal, ternyata skor IELTS kita di bawah persyaratan karena memang itu percobaan pertama, sementara kita belum familiar tes IELTS itu seperti apa). Sebagai akibatnya, kadang tuh kita harus nunggu intake selanjutnya. Ya kalau satu tahun intake-nya tiga kali sih gak masalah. Yang jadi masalah adalah ketika intake buat daftar ke kampusnya tuh cuma sekali doang setahun. Kan sobat jadinya harus nunggu tahun depan atau terpaksa ganti universitas. Misal beasiswanya mempersyaratkan harus di kampus x, misal, lha terus gimana coba?

Simplenya gini. Untuk dapat visa pelajar, kita harus punya CAS yang menjadi bukti bahwa kita sudah diterima sebagai mahasiswa di kampus x, misal. Padahal buat dapetin CAS ini kan sobat harus diterima dulu, dan supaya diterima sobat harus memenuhi syarat skor IELTS-nya dulu. If you don't pass the IELTS test, you aint goin' nowhere, pal. Jadi kalau gini tuh sobat kaya main game dan stuck di level pertama. Jangankan menang ngelawan raja, naik level pun kagak bro, sedih bat ):

Inilah alasan mengapa saya selalu menekankan pentingnya strategi, strategi, dan strategi.

Tentu beberapa strategi yang sudah saya sebutkan tadi hanyalah sekelumit dari rangkaian strategi pengerjaan yang tidak bisa saya jelaskan semuanya karena keterbatasan postingan blog ini. Meski demikian, semua strategi yang diperlukan ini dijelaskan secara sangat lengkap di buku IELTS 7.0+ Skills and Strategies. Tidak hanya materi yang komprehensif serta strategi-strategi pengerjaan soal IELTS, buku ini juga dilengkapi dengan latihan-latihan soal serta prediction test. Buku ini juga dilengkapi dengan audio yang memungkinkan sobat belajar listening dengan mendengarkan penutur asli. Dengan begini, IELTS tak akan lagi menjadi momok yang mengerikan karena segala jenis worst case scenario juga ada penjelasannya di buku ini, tentu saja dengan solusi-solusi serta tips dari pengalaman test takers yang sudah pernah lolos tes sebelumnya.





Buku ini bisa sobat dapatkan di toko buku terdekat di kota sobat. Buku ini juga bisa dibeli secara online di situs Gramedia.com. Bagi sobat yang lebih senang membaca buku digital, versi digital buku ini juga bisa dibeli di situs ebooks.gramedia.com. Sekian dulu pembahasan tentang strategi pengerjaan soal IELTS kali ini, nanti akan kita lanjutkan lagi dengan tips-tips lain yang lebih ampuh. Untuk sobat yang tengah mempersiapkan diri menghadapi IELTS dan mendaftar beasiswa yang banyak bermunculan sejak bulan Februari lalu, saya doakan lancar dan diberi kemudahan.

Berikut ini beberapa ulasan dari mereka yang sudah mempelajari berbagai skill serta strategi pengerjaan IELTS






Kalau strategi menghadapi tes IELTS-nya sudah ada, buku referensinya sudah ada + versi digitalnya juga sudah ada, apa lagi yang dikau risaukan, adiksa? adinda? 😆

No comments:

Post a Comment